Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Istri, Maafkan Aku Suamiku

nangis
Bukan perkara mudah ketika engkau mempersuntingku sebagai calon isterimu, ada beberapa kriteria sebelumnya yang telah engkau impikan sebagai ibu dari anak-anakmu kelak. Ada ikrar agung nan suci kepada Allah SWT disaksikan para wali dan sanak family, ada tanggungjawab besar yang siap engkau panggul di kemudian hari.
Namun bukan sekali aku merasa kehilangan kasih sayang darimu, ketika tanganmu tak lagi membelai lembut rambutku, mengecup keningku atau mengucap “aku mencintaimu isteriku”. Ada yang hilang dari diriku, ada yang salah dengan diriku, adakah yang salah dengan dirimu juga? Mari kita koreksi bersama, tetap bergandeng kita walau seperti ada bara api di genggamannya. Seperti hendak memisahkan kita walau bagaimanapun caranya.
Maafkan aku suamiku, ketika akhirnya muncul kekuranganku…
Maafkan aku suamiku, ketika tanpa sengaja menjawab dengan ketus pertanyaanmu…
Maafkan aku suamiku, ketika selalu mengeluh ini dan itu…
Maafkan aku suamiku, ketika sikapku kurang berkenan bagimu…
Apabila sesuatu hal terjadi, maka komunikasi sebagai wadah mencari solusi bukan sekedar berargumentasi atau membela diri. Bukan aku bermaksud membantah setiap ucapanmu, tolong jangan beranggapan demikian. Mari kita bicarakan dengan hati dan kepala yang dingin.
Dan tanpa sengaja air mata meleleh deras ketika engkau menyampaikan semua perasaanmu, bahwa sesungguhnya engkau sangat menyayangiku.  Engkau sangat takut dengan pertanggungjawabanmu kepada-NYA. Engkau takut berprasangka “aku salah memilih pendamping hidupku”. Naudzubillah..
Ketika itu aku tersadar betapa sangat penyayangnya Allah SWT kepada kita, betapa lembutnya engkau menyadarkanku, betapa sabarnya engkau membimbingku. Terima kasih suamiku, semoga Allah SWT senantiasa melindungimu, melimpahkan kesabaran dan keimanan yang semakin baik untuk membimbingku, bersama meraih Jannah-Nya. Amin ya Rabbal’alamin. (ummi-online)