Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Pemulung Muslimah Berhijab Ini Membuat Netizen Meneteskan Air Mata


Hidup memang tidak selamanya mudah. Tak semua orang bisa mendapat kemudahan finansial seperti sandang, pangan dan papan. Sebab itu adalah bagian dari ujian yang disiapkannya. Namun, tak semua mereka yang susah secara ekonomi lantas menjadi hina dina. Justru tak sedikit di antara mereka yang justru mampu menjaga kehormatannya dan bahkan berprestasi cemerlang.
Seperti kisah pemulung muslimah berhijab yang sudah viral di media sosial ini. Sudah ribuan kali dishare. Kisah ini membuat banyak netizen terenyuh. Bahkan tak sedikit yang mengaku meneteskan airmata setelah membacanya. Berikut kisah lengkapnya:
Terlihat wajah semangat yang berlumur air keringat, terlihat seorang mahasiswi dengan nama Asma (nama samaran, maaf nama dan identitasnya terpaksa kami rahasiakan). Memakai gamis hijau, jilbab lebar dan tas ransel berwarna hitam, dia memasuki lobi di salah satu Universitas di daerah Tangerang. Dia adalah mahasiswi semester 1 jurusan akuntansi. Usianya baru 17 tahun. Dan dia adalah salah satu mahasiswi TERPANDAI di kelasnya.
Saat kelas usai, dia pergi ke perpus. “Ilmu sangat penting. Dengan Ilmu saya bisa memimpin diri saya. Dengan ilmu saya bisa memimpin keluarga. Dengan ilmu saya bisa memimpin bangsa. Dan dengan ilmu saya bisa memimpin dunia.” Itu alasan Asma kenapa saat istirahat dia lebih senang ke perpustakaan daripada tempat lain. (keren ya…)
Sore hari setelah kuliah usai, Asma menuju salah satu sudut kampus. Di sebuah ruangan kecil, dia bersama beberapa temannya mengadakan pengajian bersama. Ini adalah kegiatan rutin mereka, yang merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa di Universitas tersebut. Setelah itu, dia bergegas keluar dari komplek kampus.
Namun dia tidak naik kendaraan untuk pulang. Sambil berjalan, dia memungut dan mengumpulkan plastik bekas minuman yang dia temui di sepanjang jalan. Dia berjalan kaki sehari kurang lebih 10 km. Selama berjalan itulah, dengan menggunakan karung plastik, dia memperoleh banyak plastik untuk dia bawa pulang.
Rumah Asma jauh dari kampus. Dia tinggal bersama ibu dan 6 orang adiknya yang masih kecil-kecil. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana yang mereka pinjam dari saudara mereka di daerah Bogor. Biasanya setelah berjalan hampir 10 km, untuk sampai ke rumahnya Asma menumpang truk. Sopir truk yang lewat, sudah kenal dengannya, sehingga mereka selalu memberi tumpangan di bak belakang. Subhanallah, setelah truk berhenti dengan tangkas dia naik ke bak belakang lewat sisi samping yang tinggi itu. (can you imagine it ?)
Asma sekeluarga adalah pemulung. Dia, ibu dan adik-adiknya mengumpulkan plastik, dibersihkan kemudian dijual lagi. Dari memulung sampah inilah mereka hidup dan Asma kuliah.
Ini adalah cerita nyata yang yang ditayangkan di salah satu stasiun TV sore kemarin (26/5/2008). Di stasiun TV lain juga disiarkan hari selasa kemarin. Sungguh episode yang membuat bulu kudu kita merinding dan mata kita berkaca-kaca.
Asma menjadi Pemulung untuk membiayai kuliah dan melanjutkan hidupnya. Ayahnya, adalah seorang karyawan di sebuah tempat hiburan di daerah ancol, Jakarta Utara. Setiap hari ia mengumpulkan bola bowling . Sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga sederhana. Adiknya yang pertama, duduk dibangku kelas 3 SMU Negeri. Adiknya yang kedua, duduk dibangku kelas 2 di SMU yang sama. Adiknya yang ketiga, duduk dibangku kelas 6 SD. Sementara tiga adiknya yang lain juga masih sekolah disekolah yang sama.
Pada tahun 1994, dengan ekonomi yang pas-pasan Asma bersama keluarganya mengotrak rumah sangat sederhana di daerah Cengkareng. Orang tua Asma menggeluti usaha rempeyek untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang memang hasilnya tidak menjanjikan. Disela kehidupan yang cukup prihatin, Asma, yang pada waktu itu masih berusia 4 tahun menunjukan potensi dirinya yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Dalam usia yang sedini ini, ia memaksa orang tuanya untuk memohon kepada kepala sekolah SD agar menerimanya sebagai murid kelas 1. Hasilnya menggembirakan, ia tidak mengalami masalah dan bahkan dapat naik ke kelas 2 dengan hasil yang memuaskan.
Saat Asma beranjak kelas dua, yaitu tahun 1996 Asma bersama keluarga hijrah ke daerah Bogor. keluarga mereka membuka usaha warung makanan dengan modal yang pas-pasan. Setahun berjalan, usaha itu bangkrut. Hingga untuk bisa bertahan hidup mereka hanya mengkonsumsi bubur atau singkong. Hal itu berlanjut hingga lima tahun.
Suatu hari, ada seorang teman ayah Asma yang memberitahu bahwa gelas dan botol bekas air mineral dapat dijadikan uang . Saat itu juga serentak seluruh keluarga mengumpulkan gelas dan botol bekas air mineral. Hampir setiap hari keluarga mereka berbondong-bondong keluar sambil membawa karung dan terkadang pulang hingga jam tiga pagi. Gelas bekas yang dikumpulkannya ini dihargai delapan ribu rupiah untuk setiap kilonya. Dalam sehari Asma dapat mengumpulkan sebanyak satu karung gelas plastik bekas atau seberat satu kilo gram.
Dari usaha yang baru ini membawa sedikit angin segar bagi keluarga Asma, terlebih bagi dirinya sendiri yang memang sangat bersemangat untuk menempuh pendidikan setinggi tingginya. Dalam keadaan yang sulit sekalipun prestasi belajarnya cukup menggembirakan. Semenjak SD hingga SMU Asma selalu mendapat peringkat tiga besar. Sebelum meninggalkan bangku SMU ia pernah mendapat juara 2 lomba puisi dan ia pun masuk kedalam sepuluh besar lomba membawakan berita pada peringatan hari bahasa pada waktu itu. Pada bangku kuliah pun ia masuk dalam peringkat sepuluh besar pada universitas Pamulang jurusan akuntansi. Potensi inilah yang membakar semangatnya dan memperoleh dukungan keluarga untuk terus belajar.
Tahun ajaran 2007-2008 masih dalam keadaan cukup prihatin Asma memberanikan diri mencicipi bangku kuliah. Tekadnya bulat untuk memilih jurusan akuntansi yang dalam benaknya dapat memudahkan mencapai cita-citanya untuk dapat bekerja pada Perusahaan besar. Dengan biaya kuliah Rp. 900.000 per semester dapat dicicilnya setiap bulan sebesar Rp. 150.000. Jadi, apabila ia ingin kuliah maka ia pun harus bekerja keras siang malam.
Semangat dalam belajar dan bersabar dalam meniti jalan kehidupannya membuat Asma dapat dikatakan memiliki suatu yang lebih diantara kawan sebayanya. Meskipun terkadang hanya makan sekali dalam sehari tidak membuatnya kehilangan energi dalam menuntut ilmu. Asma yang memang dikenal juga anak yang pandai bergaul dan periang ini bergabung bersama kawan-kawannya di salah satu kegiataan mahasiswa muslim. Keprihatinan yang dialami keluarga Asma baru diketahui ketika kawan-kawannya berkunjung ke rumahnya. Semenjak itu, ia semakin mendapat perhatian dari pengurus kegiatan dan kawan-kawannya dengan memberinya bantuan yang memang jumlahnya belum cukup signifikan.
Ust. Fulan, salah seorang Pembina kegiatan merekomendasikan Asma untuk mendapat bantuan beasiswa melalui DPU DT. Alhamdulillah, setelah mengikuti seleksi akhirnya Asma lolos menjadi anggota program BEA MAHAKARYA DPU DT. Dalam program BEA MAHAKARYA ini selain mendapat bantuan finansial ia juga memperoleh serangkaian pendidikan dan pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi dirinya kedepan. Asma terlihat semakin optimis mengejar cita-citanya. Selain itu pula atas usaha dan dukungan kawan-kawannya ia dapat diliput dibeberapa media cetak dan elektronik yang mudah mudahan dapat dijadikan pintu keluar bagi keprihatinan yang ia alami sekeluarga selama ini.