Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kamu Yang Mau Nikah, Tolong.. Jagalah “10 Perkara Penting” Ini, Jangan Sampai Kamu Gak Baca!

Kamu Yang Mau Nikah, Tolong.. Jagalah “10 Perkara Penting” Ini, Jangan Sampai Kamu Gak Baca!


Anas mengatakan bahwa para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila mempersembahkan (menikahkan) anak perempuannya kepada calon suaminya, mereka berpesan kepada anaknya untuk berkhimat pada suami serta senang tiasa menjaga hak suami.

Pesan Ayah Kepada Anak Perempuannya Saat Pernikahan

Pada saat pernikahan anaknya Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib memberikan wasiat kepada anak perempuannya,

“Jauhilah olehmu perasaan cemburu, karena rasa cemburu merupakan penyebab jatuhnya thalak. Juga jauhkanlah dirimu dari sifat banyak mengeluh, karena keluh kesah merupakan sebab timbulnya kemarahan, dan hendaklah kamu memakai celak mata, perhiasan yang paling indah serta wawangian yang paling harum ketika berada di dekat suami”.

Pesan Ibu Kepada Anak Perempuannya

Diriwayatkan bahwasannya Asma binti Kharijah Al-Farzari memberikan pesan pada anak perempuannya ketika menikah, “Sesungguhnya engkau telah keluar dari sarang yang engkau tempati menuju hamparan luas yang tidak engkau ketahui, juga menuju teman yang engkau belum merasa rukun dengannya. Oleh sebab itu, jadilah engkau bumi baginya, maka ia akan menjadi langit bagimu. Jadilah engkau hamparan baginya, niscaya dia akan menjadi tiang untukmu. Jadilah hamba sahaya baginya, niscaya dia akan menjadi hamba untukmu. Dan janganlah engkau meremehkannya, karena dia akan membencimu dan janganlah engkau menjauh darinya karena dia akan melupakanmu. Bila dia dekat denganmu maka dekatkanlah dirimu, bila dia menjauhimu maka menjauhlah darinya. Jagalah hidungnya, pendengarannya dan matanya. Janganlah dia mencium sesuatu darimu kecuali wawangian dan janganlah dia melihatmu kecuali engkau dalam keadaan cantik.

Pesan Amamah binti Harits Kepada Anak Perempuannya Saat Pernikahan

Ketika membawanya kepada calon suaminya Amanah bin Harist berpesan kepada anaknnya,

“Wahai anak perempuanku! Bahwa jika wasiat ditinggalkan karena keistimewaan atau keturunan maka aku menjauh darimu. Tetapi bila wasiat merupakan sebuah pengingat bagi orang yang mulia dan bekal bagi orang yang berakal. Jika seorang perempuan merasa cukup pada suami lataran kekayaan kedua orang tuanya dan hajat kedua orang tua kepadanya, maka aku merupakan orang yang paling merasa cukup dari semua itu. Tetapi perempuan diciptakan untuk laki-laki dan laki-laki diciptakan untuk perempuan. Oleh karena itu, wahai anak perempuanku! Jagalah sepuluh perkara ini.

Pertama dan kedua : Perlakuan dengan sifat qana’ah dan mu’asyarah melalui perhatian yang baik dan ta’at, karena pada qan’aah terdapat kebahagiaan qalbu, dan pada ketaatan terdapat keridhaan Tuhan.

Ketiga dan keempat : Buatlah janji dihadapannya dan beritrospeksilah dihadapannya. Jangan sampai ia memandang jelek dirimu, dan jangan sampai ia mencium darimu kecuali wewangian.

Kelima dan keenam : Perhatikanlah waktu makan dan tenangkanlah ia tatkala tidur, karena panas kelaparan sangat menjengkelkan dan gangguan tidur menjengkelkan.

Ketujuh dan kedelapan : Jagalah harta dan keluarganya. Dikarenakan kekuasaan dalam harta artinya pengaturan keuangan yang bagus, dan kekuasaan dalam keluarga artinya perlakuan yang baik.

Kesembilan dan kesepuluh : Jangan engkau sebarluaskan rahasianya, serta jangan engkau langgar peraturannya. Jika engkau menyebarluaskan rahasianya berarti engkau tidak menjaga kehormatannya. Jika engkau melanggar perintahnya berarti engkau merobek dadanya.

Bahwasanya keagungan baginya yang paling besar adalah kemuliaan yang engkau persembahkan untuknya, dan kedamaian yang paling besar baginya adalah perlakuanmu yang paling baik.

Ketahuilah, bahwasanya engkau tidak merasakan hal tersebut, sehingga engkau mempengaruhi keinginannya terhadap keinginanmu dan keridhaannya terhadap keridhaanmu (baik terhadap hal yang engkau sukai atau yang engkau benci).

Jauhilah menampakkan kebahagiaan dihadapannya jika ia sedang risau, atau menampakkan kesedihan tatkala ia sedang gembira.